Various Artist – You Can Be Anyone You Want

Sep 16, 2022

Bicara mengenai kehadiran album tribute di Indonesia, tentu daftarnya akan sangat panjang dan bermacam-macam. Namun jika ingin merangkum beberapa yang berkesan, mungkin daftarnya akan berupa nama-nama di bawah ini.

Kilas balik ke tahun 2004, hadir sebuah album tribute untuk Ian Antono dengan judul Tribute to Ian Antono. Dihadirkan sebagai bentuk apresiasi untuk Ian, beberapa musisi yang dilibatkan di album ini antara lain adalah Padi, GIGI, Cokelat, Edane hingga Sheila on 7.

Lompat ke tahun 2007, ada Mesin Waktu: Teman-Teman Menyanyikan Lagu Naif. Diluncurkan bersama Aksara Records di Taman Ria Senayan, album tribute ini adalah sebuah ode untuk Naif di sebelas tahun perjalanan mereka. Rekan satu kampus Naif turut dilibatkan dalam penggarapannya, mulai dari WSATCC, Goodnight Electric, The Adams hingga Karon N’ Roll.

Berselang beberapa belas tahun, giliran Mocca yang menggarap proyek album tributenya sendiri. Tajuknya adalah You and Me Against The World: Tribute to Mocca, juga sebagai penanda dua puluh tahun perjalanan. Nama-nama yang dilibatkan pun terbilang menarik, karena kebanyakan dari mereka hadir jauh setelah nama Mocca melesat ke permukaan. Sebut saja Coldiac, Bilal Indrajaya, Mustache and Beard hingga The Panturas.

Kini, menuju penghujung tahun 2022, hadir satu lagi album tribute di kancah musik Indonesia. Pelakunya adalah Sajama Cut dengan sebuah proyek ambisius bertajuk You Can Be Anyone You Want.

Kenapa saya bilang ambisius? Karena Sajama Cut melibatkan total 30 nama musisi serta band untuk menyanyikan kembali materi-materi dari keseluruhan album mereka. Jumlah pengisi yang sangat jauh dari album-album tribute di awal tulisan. Tentu, hal tersebut (mengajak 30 nama) bukanlah perkara mudah dan kembali lagi ke kata-kata di awal; ambisius.

Mari kita simak siapa saja 30 nama tersebut. Secara berurutan dalam dua keping cakram padat, ada Neonomora, The Sugar Spun, Sal Priadi, A Curious Voynich, Lomba Sihir, Adrian PDM, Nearcrush feat. Collapse, Hawktactic, Cotswolds, Polka Wars, Ade Paloh & Costaroy, Muchos Libre, IKEI, Methiums feat. Adyangga & Raracellina, Bin Idris, Ikkubaru, Secret Meadow, Pandu Fuzztoni, Ghost Fever, Ache, Texpack, Adrian Adioetomo & Daniel Mardhany, Whitenoir, Meet the Doppelganger, Sirati Dharma, Polyester Embassy, Peonies, Pale Skies, Bottlesmoker hingga Outrage feat. Hans Citra Patria.

Dalam sebuah kutipan interview di artikel ini, sang vokalis, Marcel Thee mengungkapkan bahwa ia membutuhkan waktu total satu bulan untuk menjalankan proyek tersebut, dan tujuh bulan lainnya untuk mengurus perkara teknis.

“Satu bulan untuk gue menyadari ini waktu yang tepat dan tidak terlalu egotistical, dan tujuh bulan mengurus soal teknisnya yang tidak mudah karena banyak yang mau terlibat [tertawa]”, tuturnya kala itu.

 

Selama rentang waktu penggarapannya, Sajama Cut tampak melakukannya dengan serius. Tentu, 30 nama menjadi salah satu alasan utamanya, namun aspek penilaian tidak berhenti sampai di situ saja. Dari cover album, mereka dibantu oleh M Rifqi yang menggarapnya menjadi sebuah kolase dengan tajuk “Destroy Stairs”. Menuju perilisannya pun, deretan teaser serta bocoran-bocoran lainnya Sajama Cut lempar melalui laman media sosial mereka, dibungkus dengan konsep yang majestic, disusul oleh format cakram padat serta dua warna t-shirt yang sama bagusnya dari segi design.

Bicara mengenai isi album, bagi saya ada beberapa nomor yang mencuri perhatian. Beberapa nomor tersebut mempunyai alasan untuk kembali diputar secara tiga-empat kali lagi dalam waktu-waktu mendatang. Bukan berarti nomor lain tidak spesial, bisa jadi spesial di pendengar lain. Toh mereka juga punya alasan kuat mengapa dilibatkan oleh Marcel di album ini.

Album ini dibuka oleh Neonomora yang membawakan kembali “Bloodsport”, salah satu nomor dari album Hobgoblin. Sebagai pembuka, sang solois mencuri perhatian dengan interpretasi terbaru “Bloodsport”, berevolusi menjadi progresif, tempo up-beat dengan balutan instrumen elektronik yang ditumpuk sedemikian rupa.

Kalau tidak melihat siapa nama yang menyanyikannya, kemungkinan besar kalian akan terkecoh dengan sosok di nomor ketiga ini. Adalah Sal Priadi dengan nomor “Katedral Tiongkok”, menghadirkan eksplorasi berupa suasana “oriental” yang  tegas, berangsur lamban di sepanjang durasi, seakan menjadi sebuah soundtrack film kungfu era 80-an dalam adegan yang muram berselimutkan awan gelap.

Nomor keenam, Adrian PDM menyanyikan kembali “Alibi” dengan format super minimalis, hanya terdengar petikan gitar akustik dan sayup-sayup permainan ambience yang ditaruh di belakang.

Interpretasi yang dilakukan Nearcrush di nomor ketujuh, “Season Finale” juga menjadi salah satu yang saya putuskan untuk masuk ke daftar ini. Sang unit alt-rock 90-an asal Bandung turut menggandeng Andika Surya alias Collapse di departemen drum, menghasilkan nomor dengan karakter yang kuat.

Berselang satu nomor, ada Cotswolds dengan “Speak in Tongues”, diambil dari album Manimal. Versi terbaru ini dibawakan oleh mereka lebih ngebut, lebih bertenaga dan lebih ‘gelap’ ketimbang versi aslinya, terima kasih kepada pakem post-punk/new wave yang Cotswolds terapkan dengan hatam berkat jam terbang mereka selama ini.

Versi terbaru “Paintings/Paintings” pun dibawakan dengan manis oleh Ikkubaru. Nuansa musik penuh rasa ceria masih hinggap selama hampir tiga menit, instrumen yang ramai berharmonisasi padu, yang rasa-rasanya bisa membuat Marcel sumringah akan interpretasi dari Ikkubaru ini.

Hal yang cukup ‘nyebrang’ dilakukan oleh Adrian Adioetomo dan Daniel Mardhany di nomor “Terdampar”. Saya tidak tahu apa istilah yang tepat untuk menjelaskannya, namun keduanya menggabungkan permainan gitar akustik dan vokal serak Adrian dengan eksperimen noise Daniel, yang secara bersamaan terdengar membingungkan namun juga terasa cocok.

Mungkin baru beberapa nomor tersebut yang mencuri perhatian saya, yang tentu bisa saja berubah atau bertambah seiring dengan kembalinya saya mendengarkan album ini. Menengok ke kalimat yang sudah tertulis di beberapa paragraf sebelumnya, bukan berarti nomor lain tidak spesial, bisa jadi spesial di pendengar lain, dan toh mereka juga punya alasan kuat mengapa dilibatkan oleh Marcel di album ini.

Sebagai penutup, 30 nama tersebut kini resmi melakukan apa yang Sajama Cut sampaikan di nomor “Less Afraid”, yakni “outside, I know you can be anyone you want”, yang mana kali ini mereka semua sejenak memilih untuk menjadi Sajama Cut, dengan tidak meninggalkan identitas awal masing-masing.


 

Penulis
Raka Dewangkara
"Bergegas terburu dan tergesa, menjadi hafalan di luar kepala."

Eksplor konten lain Pophariini

We Are Neurotic Mempersembahkan Album Mini Terbaru Asian Palms

Trio disco dan jazz asal Jakarta, We Are Neurotic menutup tahun 2024 lewat perilisan album mini terbaru yang diberi nama Asian Palms (13/12) bersama C3DO Recordings sebagai label naungan.     Album Asian Palms …

Yella Sky Sound System Rayakan 1 Dekade Lewat Album Mini The Global Steppers

Unit dub kultur sound system asal Jakarta, Yella Sky Sound System merayakan satu dekade eksistensi lewat perilisan album mini terbaru bertajuk The Global Steppers (20/12). Dipimpin oleh produser sekaligus selektor Agent K, album mini …