May Day Bukan Sekadar Hari Buruh
Satu Mei adalah tanggal keramat bagi para buruh di seluruh dunia. Termasuk di Indonesia, hari ini dirayakan oleh kaum buruh atau kelas pekerja. Hampir setiap tahunnya di hari itu, kita menemukan sekian ratus ribu buruh memadati setiap jalan utama di Jakarta dan kota-kota besar di Indonesia untuk kembali mempertanyakan hak-hak yang belum mereka penuhi sebagai buruh dan kelas pekerja.
Gitaris Trisno Agung dari grup band Innocenti merasakan meriahnya suasana setiap tanggal 1 Maret. Sejak 2013, ia masih ingat betul bagaimana ia dan teman-temannya ikut long march dari Bundaran HI sampai ke Istana, membaur bersama buruh sekaligus membagi-bagikan CD single mereka secara gratis beserta stiker yang berisi kutipan lirik dalam lagu mereka “Insan Loba”, lagu ciptaan Agung tentang unjuk keprihatinan mereka akan kaum buruh sekaligus menggambarkan pengalaman pribadinya.
Pengalaman Agung seputar 1 Mei menarik perhatian kami untuk kemudian mengundangnya menulis soal memori enam tahun lalu di setiap tanggal 1 Mei. Cerita Agung sekaligus menjadi bukti hubungan yang erat antara musik dan May Day di sebagian skena musik di tanah air.
Mari kita dengar ceritanya. (red.)
May Day Bukan Sekadar Hari Buruh
Aksi turun ke jalan/long march dari bundaran HI sampai Istana Merdeka saat hari buruh atau Mayday setiap tahunnya di tanggal 1 May telah gue lakukan bersama teman-teman sejak tahun 2013.
Dimulai oleh Innocenti, band gue yang pertama kalinya dengan semua personil melakukan aksi ini. 1 May 2013 Innocenti mengeluarkan single “Insan Loba”, dan kebeneran lagu ini gue yang tulis. Lagu ini didedikasikan untuk setiap insan atas pelanggaran hak yang mereka terima dari kemajemukan sistem yang dibangun untuk kepentingan pribadi dan golongan, seperti kaum buruh, masyarakat kecil atau pinggiran yang berada dikota-kota besar.
Di hari itu Innocenti merilis secara digital dan fisik dalam bentuk CD. Saat May Day, kita membuat aksi membagi-bagikan CD kita secaa gratis kepada setiap buruh-buruh yang melakukan aksi yang sama di sepanjang jalan MH. Thamrin sampai Istana Merdeka. Selain bagi-bagi CD secara gratis, di long march tersebut kita juga membagikan poster dan sticker yang berisi kutipan dari lirik-lirik dalam lagu tersebut.
Diawali di tahun 2013, setiap tahunnya tradisi ini selalu berlanjut. Tiga tahun ke depan gue dan teman-teman Innocenti mencoba merapatkan barisan dengan mengajak komunitas lain untuk melakukan aksi ini bersama. Tahun 2016 gue mengajak komunitas dari subkultur Mod yaitu Twigies untuk melakukan aksi ini. Tapi di tahun 2016 ini kita melakukannya dengan cara berbeda.
Kita membuat tema “Class Action of Mayday” untuk aksi kita di tahun 2016. Dengan menggunakan mobil pick up yang disulap menjadi sound system berjalan, kita unjuk aksi memberikan panggung hiburan untuk buruh-buruh yang melakukan aksi damai di sepanjang jalan MH. Thamrin dan berhenti di depan patung kuda menghadap Monas.
Saat itu, gue dan Imam (rekan di Innocenti) mengisi di panggung berjalan tersebut dengan memutar koleksi piringan hitam kita juga beberapa rekan yang kita undang untuk bermain, dari Bernard (Uncle Ben) dari Dari Twigies, Gilang (Clash City Rocker) Aat (AK 47) dan Bily (Yalayala). Mereka turut meramaikan aksi long march bersama komunitas Warriors Jakarta dan komunitas Twigies lainnya. Aksi kolaborasi serupa kami lanjutkan di tahun-tahun berikutnya, bersama komunitas dari subkultur lain seperti punk dan skinhead.
Dan ya, mungkin acara sebesar Jakarta Mods Mayday menjadi acara perayaan May Day terbesar yang dilakukan atau dikerjakan dan dihadiri oleh anak-anak Mods itu sendiri. Dari tahun 2013 – 2015 dan 2017, gue terlibat menjadi project manager acara ini. Namun gue pribadi melihat ini berbeda dengan aksi kecil gue dan teman– teman lakukan setiap tahunnya, yang independen, tak ada keuntungan dan tidak ada kepentingan komersial. Turun ke jalan secara langsung, membaur, merasakan kondisi serta keprihatinan terhadap teman-teman buruh yang sedang melakukan aksi protes.
Gue sendiri menganggap Mayday ini adalah sebuah perayaan, perayaan untuk menghormati hak-hak dan kebanggaan kelas pekerja yang juga menjadi bagian dari identitas gue. Merayakan ini dengan cara kita sendiri. Lagipula, Mayday berawal dari perjuangan untuk mendapatkan waktu untuk melakukan hal apapun yang kita suka.
Ibukota menjadi saksi hingar bingar kehidupan masyarakat pekerja. Sikut sana-sini demi kepentingan pribadi atau golongan sudah menjadi sajian setiap harinya. Gue pribadi merasakan menjadi buruh lepas di tahun 2000-2002 tanpa kontrak jelas, gaji seadanya dan celakanya itu terulang kembali di 2007-2009.
Aksi May Day yang telah gue lakukan (dan akan gue lakukan lagi hari ini) adalah sebatas mengapresiasi, pemberi semangat, atas perjuangan masyarakat pekerja, buruh lepas, pekerja pabrik, kuli bangunan yang terampas hak kesetaraannya oleh keadaan saat ini untuk terus melanjutkan perjuangan dan mencapai bahtera hidup yang lebih baik.
Penulis: Trisno Agung (Gitaris Inocenti)
https://www.instagram.com/agunginnocenti/
_________
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Juicy Luicy – Nonfiksi
Lewat Nonfiksi, Juicy Luicy semakin mengukuhkan diri sebagai band pengusung lagu patah hati dengan formula pop R&B yang jitu dan ultra-catchy. Pertanyaannya: sampai kapan mereka akan menjual kisah patah hati kasihan dan rasa inferioritas …
Selat Malaka Resmi Mengeluarkan Album Penuh Perdana
Band asal Medan bernama Selat Malaka resmi mengeluarkan album penuh perdana self-titled hari Jumat (22/11). Sebelumnya, mereka sudah mengantongi satu single “Angin Melambai” yang beredar tahun lalu. View this post on Instagram …