Menilik Album-album Indonesia Berumur 25 Tahun

Mar 10, 2022
album

Tahun 1997 adalah tahun yang sangat meriah bagi perkembangan industri musik Indonesia. Krisis moneter yang melanda negeri mulai pertengahan tahun juga tidak menghentikan para musisi untuk terus berkarya. Musisi arus utama dan musisi underground (istilah populer di era 90an untuk musik alternatif/indie) dengan beragam genre musik dan pasarnya masing-masing terus bergerak dan berkreasi sehingga membuat musik Indonesia menjadi tuan rumah di negeri sendiri. 

‘Menjadi tuan rumah di negeri sendiri’ merupakan ungkapan klise yang sering kita dengar di masa lampau terutama pada awal 90an saat musik-musik Indonesia kalah pamornya dengan musik-musik mancanegara. Namun seiring waktu mulai dari pertengahan 90an, keadaan tersebut berangsur-angsur bergeser. Masyarakat mulai mengonsumsi lebih banyak musik Indonesia dan produksi musik juga terus meningkat dengan rentang genre yang semakin meluas. Dan tahun 1997 bisa dikatakan menjadi salah satu titik baliknya.

Keragaman musikal yang terjadi pada musik Indonesia di kala itu bisa jadi disebabkan oleh semakin terbukanya keran informasi dalam hal ini referensi yang disalurkan melalui berbagai medium dari beberapa tahun sebelumnya. Tahun 1995 internet mulai banyak digunakan di Indonesia seiring bertumbuhnya warnet. Di tahun yang sama MTV Indonesia mulai beroperasi. Keberadaan toko kaset juga menjadi faktor mudahnya mendapatkan referensi musikal. Toko kaset semakin berjamur dari sudut kota hingga di dalam mal yang di periode pertengahan 90an juga mulai marak muncul.

Peran media juga sangat besar dalam mendukung gegap gempita musik Indonesia kala itu. Televisi, media cetak, radio kesemuanya memiliki program-program khusus untuk musik Indonesia. Musisi memiliki kanal promosi yang memadai sementara penikmat musik dengan mudah mengonsumsi berita perihal musisi idola, ulasan album dan video musik dari berbagai media tersebut.

Kancah musik underground juga mengalami pertumbuhan pesat sejak pertengahan 90an. Di tengah semangat alternatif yang meledak-ledak di kalangan anak muda di kota-kota besar seperti Jakarta dan Bandung, album debut Pas Band, In (No) Sensation dirilis dan diedarkan oleh label arus utama, Aquarius di tahun 1995, Di tahun yang sama, Pure Saturday juga meluncurkan debut album dengan eksposur tinggi berkat bantuan distribusi dari majalah Hai dan juga saat dirilis ulang oleh label Ceepee Production milik Tantowi Yahya.

Dari pertengahan 90an juga komunitas musik underground semakin terfasilitasi dengan terselenggaranya berbagai acara musik mulai dari cafe (Poster) hingga gelanggang olah raga (Saparua) yang melahirkan banyak band-band baru dengan berbagai sub aliran musik. Bahkan di tahun 1996 terselenggara Jakarta Pop Alternative Festival dengan penampil utama musisi-musisi mancanegara seperti Foo Fighters, Sonic Youth dan Beastie Boys. 

Karena rentetan peristiwa musik dalam negeri dan ekosistem musik Indonesia yang mulai terhitung sehat sejak pertengahan 90an maka di tahun 1997 perkembangan ekosistem musik Indonesia bereskalasi dengan pesat hingga terasa lebih hidup dibanding tahun-tahun sebelumnya. Berikut ini kilasan dari album-album musik Indonesia populer yang dirilis sepanjang tahun 1997 yang begitu beragam dan menggairahkan.

 

Deretan Papan Atas

Anggun – Snow on the Sahara (1997, Columbia Records, Sony Music Entertainment)

  • Dewa 19 – Pandawa Lima (Aquarius Musikindo)
  • Chrisye – Kala Cinta Menggoda (Musica Studio’s)
  • GIGI – 2×2 (Ceepee Production/Sony Music Indonesia)
  • Slank – Lagi Sedih (Proyek Q/Virgo Ramayana Record)
  • Java Jive – Java Jive 3 (Musica Studio’s)
  • Katon Bagaskara – Harmoni Menyentuh (Aquarius Musikindo)
  • Atiek CB – Meditasi (Warner Music Indonesia)
  • Indra Lesmana & Gilang Ramadhan – Selamat Tinggal (Musica Studio’s)
  • Rita Effendy – Salahkah Rembulan (Aquarius Musikindo)
  • Anggun – Snow on the Sahara (Columbia Records, Sony Music Entertainment)
  • Memes – Ilusi (Aquarius Musikindo)

Di tahun 1997 melalui Pandawa Lima, Dewa 19 sedang dalam perjalanan menaiki singgasana sebagai band satu juta kopi. Album Pandawa Lima diakui banyak kalangan sukses secara artistik dan komersial (terjual sekitar 900 ribu kopi). Lalu dua band besar Indonesia, GIGI dan Slank sama-sama baru ditinggal beberapa personilnya. Yang akhirnya dalam proses rekaman sebagian besar dikerjakan oleh dua personil yang tersisa dengan dibantu oleh pemain tamu yang kemudian hari diangkat jadi pemain tetap. Untuk Slank di tahun 1997 menjadi titik balik kebangkitan mereka dengan terbentuknya formasi ke 14 yang bertahan hingga sekarang. 

Pada departemen solois beberapa yang mencuat antara lain musisi veteran Chrisye melalui album ke 17nya meraih kesuksesan besar dengan hit single “Kala Cinta Menggoda”, penyanyi Atiek CB turut memeriahkan semangat musik Pop Alternatif di kala itu melalui album Meditasi yang bekerjasama dengan Thomas Ramdhan (bassist GIGI) sebagai produser serta Anggun C Sasmi merilis debut album internasionalnya yang diedarkan di 33 negara dan meraih penjualan hingga 1,5 juta copy.

 

Yang Bereuni

AKA – Puber Kedua (Harpa Records/Bravo Music)

  • God Bless – Apa Kabar? (Logiss Records)
  • AKA – Puber Kedua (Harpa Records/Bravo Music)

Dua band gaek Indonesia yang lahir di periode 60an dan 70an masih berupaya untuk terus eksis dan menunjukkan taringnya melalui album-album reuni. Untuk God Bless, album reuni ini terhitung sukses membuat nama mereka kembali bergaung. Album ini juga jadi penting karena satu-satunya album yang menampilan formasi 2 gitar dengan virtuoso, Eet Sjahranie dan Ian Antono. Sementara pada AKA, album Puber Kedua yang menampilkan beberapa nomor hits mereka yang dirilis kembali dengan tambahan satu lagu baru Puber Kedua, tercatat sebagai album terakhir yang dihasilkan grup musik asal Surabaya ini.

 

Para Pendatang Baru

Bragi – Janji (BMG Music Indonesia)

  • /rif – Radja (Sony Music Indonesia)
  • Reza – Keajaiban (Aquarius Musikindo)
  • Bragi – Janji (BMG Music Indonesia)
  • The Fly – Agustus, 1997 (Ceepee Records)
  • Ada Band – Seharusnya (Bulletin Musik)
  • Flowers – 17 Th Keatas (Aquarius Musikindo)
  • Nadila – Salahkah Aku (Musica Studio’s)
  • Uchie Wiby – Biru (Warner Music Indonesia)

Tahun 1997 banyak menelurkan pendatang baru yang sudah memiliki sidik jari yang cukup kuat dari awal pemunculannya. Beberapa contohnya seperti /rif dengan musik pop rock yang renyah dengan suara vokalis Andy yang sangat berkarakter, Reza Artamevia yang juga memiliki suara khas dengan materi lagu bernas karya Ahmad Dhani, The Fly yang banyak terinspirasi dari musik ‘Rock ala U2’ dan juga Bragi kuartet yang sebagian besar merupakan kakak beradik yang mengusung musik pop akustik yang ringan.

 

Jalur Alternatif

Cherry Bombshell – Waktu Hijau Dulu (Bulletin Musik/Target Pro)

  • Rumahsakit – Rumahsakit (Independen Record)
  • Kubik – Kubik (Target Pro/Musitama Multimedia)
  • Waiting Room  – Waiting Room (self released/Tropic Records)
  • Cherry Bombshell – Waktu Hijau Dulu (Bulletin Musik/Target Pro)
  • Pas band – IndieVduality (Aquarius Musikindo)
  • Wondergel – Wondergel (M Music Production/Musica Studio’s)
  • Pestol Aer – Jang Doeloe (self released)

Ledakan kancah musik underground pada pertengahan 90an dengan aneka subgenre di dalamnya melahirkan banyak band-band baru yang sepanjang tahun 1997 merilis debut album mereka. Di kemudian hari band-band ini dipandang sebagai peletak dasar dari pergerakan kancah musik independen yang kita kenal sekarang ini. Band-band arus pinggir di saat itu kerap mendapat dukungan dari berbagai media arus utama, mulai dari televisi seperti MTV, majalah Hai dan radio-radio seperti Prambors, radio SK (Suara Kejayaan) dan TMI (Terminal Musik Indonesia) yang khusus memutarkan lagu-lagu Indonesia.

 

One Hit Wonder

Stinky – Stinky (Bulletin Record)

  • Stinky – Stinky (Bulletin Record)
  • Bening – Ada Cinta (Musica Studio’s)
  • Wayang – Damai (BMG Indonesia)
  • Kin – Saat-Saat Bersamamu (Musica Studio’s)
  • Bima – Sebuah Awal (Sony Music Indonesia)
  • Bias – Cinta Kamu (Musica Studio’s)

Walaupun tidak ada musisi yang berkenan dijuluki one hit wonder namun pada kenyataan memang terbukti ada musisi yang rejekinya hanya berhenti di satu lagu atau satu album saja. Pada periode 90an kasus one hit wonder banyak terjadi. Penyebabnya bisa beberapa faktor, misalnya musisi yang bersangkutan sudah merilis album-album lain namun tidak meledak atau ada juga yang setelah merilis satu buah album lalu bubar. 

 

Lolos kutukan album kedua

Potret – II (Aquarius Musikindo)

  • Potret – II (Aquarius Musikindo)
  • Protonema – November (Aquarius Musikindo)
  • Base Jam  – Dua (Musica Studio’s)
  • Jamrud – Putri (Logiss Records)
  • Plastik – Insting Psiko Harmoni (Bulletin Record)
  • Anang Krisdayanti – Kasih (Warner Music Indonesia)
  • AB Three – Kerinduanku (Blackboard)

Album kedua biasanya menjadi momok bagi para musisi terutama setelah album pertama telah menuai kesuksesan di pasaran. Karena itu pengerjaan album kedua biasanya dipenuhi beban dan ekspektasi. Deretan musisi pada daftar ini bisa dikatakan malah makin gemilang melalui album kedua mereka. Contoh paling signifikan adalah Potret dengan album II yang menampilkan banyak hits terbesar mereka. Jamrud dengan album Putri-nya juga mencapai angka penjualan album dua kali lipat dari album debutnya. 

 

Kompilasi Esensial

Pesta Rap 3 (Musica Studio) 

  • Pesta Rap 3 (Musica Studio) 
  • Masaindahbangetsekalipisan (Reverse Studio) 
  • Metalik Klinik I (Rotor Corp & Musica Studio) 
  • Injak Balik! A Bandung HC/Punk Comp, Underground Indonesia (Tian An Men 89 Records)
  • Bandung’s Burning Vol 1 (Riotic Records)

Album kompilasi di masanya menjadi medium yang tepat untuk mendokumentasikan sebuah kancah atau pergerakan dari genre tertentu juga dari sebuah kota. Sebelum era playlist yang kita kenal di platform streaming sekarang ini, perkenalan pendengar terhadap musisi banyak terjadi saat mendengar album kompilasi. Banyak musisi mengawali karirnya dari mengikuti kompilasi.

Sepanjang tahun 1997, beberapa kompilasi di daftar ini jadi catatan penting dari sejarah keberagaman musik di Indonesia. Beberapa album kompilasi seperti Pesta Rap 3 dan Metalik Klinik dapat menjangkau banyak pendengar dari seluruh Indonesia karena diedarkan oleh label Musica Studios. Keadaan sebaliknya terjadi pada album-album kompilasi seperti Masaindahbangetsekalipisan yang dirilis label 40.1.24 di Bandung, Bandung’s Burning Vol 1 rilisan Riotic Records serta Injak Balik! A Bandung HC/Punk Comp, Underground Indonesia yang dirilis Tian An Men 89 Records dari Perancis meski diedarkan di kantong-kantong komunitas namun dapat meraih pasar loyal yang pada kelanjutannya album-album tersebut dianggap sebagai album cult yang esensial.

 


 

Penulis
Prayojana Sudarsa
Selain sebagai seorang omninada, penikmat berbagai macam jenis musik, Pray (panggilannya) juga tengah mengembangkan budidaya maggot demi meraup cuan sekaligus menjaga pelestarian lingkungan hidup

Eksplor konten lain Pophariini

MALIQ & D’Essentials Siap Berbagi tentang Strategi Bisnis di Maliq Music Labs

Di tengah persiapan album baru yang masih belum dipastikan kapan beredar, MALIQ & D’Essentials akan menggelar Maliq Music Labs edisi kelima hari Rabu, 24 April 2024 di Lithium Rooftop, Jakarta Selatan.   View this …

Excrowded Menggelorakan Musik di Malang Lewat Album Mini Terbaru

Setelah jeda hampir 2 tahun, Excrowded akhirnya kembali membawa karya baru berupa album mini bertajuk Unite Diversity hari Senin (01/04)   Excrowded beranggotakan Hazbi Azmi (vokal), Gilang Akbar (gitar), Gianni Maldino (bas), dan Rijadli …