20 Album Indonesia Terbaik 2022
Sebelum bicara soal album Indonesia terbaik 2022, kita harus bersyukur. Tahun ini pandemi yang membelenggu dua tahun belakangan perlahan mengendur. Sebelumnya jika album-album lokal yang dirilis di era pandemi hanya bisa dinikmati secara daring via layar digital, tahun ini kita bisa kembali menikmati musik sesuai kodratnya. Yaitu melalui pertunjukan musik langsung.
Itu pula mengapa rilisan tahun ini terasa lebih spesial dan patut dirayakan. Pasca dirilis, banyak yang langsung menggelar tur beberapa titik. Ada juga yang karena albumnya begitu bagus karena tingginya permintaan main di beberapa kota jadwal panggungnya langsung super padat. Itu menjadi alasan mengapa beberapa nama di bawah masuk ke dalam daftar album Indonesia terbaik 2022 ini. Selain tentu estetika musik serta perkembangan musikal masing-masing musisinya.
Semua album-album dalam daftar ini telah masuk ke dalam pengamatan kami di redaksi sejak awal tahun 2022. Sedari dirilis, saat itu pula Pophariini berusaha mengabarkan album ini dengan mengulas secara mendalam dalam rubrik review album kami yang terbit seminggu dua kali. Hal yang kami lakukan sejak dulu. Plus, tiap kuartal kami pun sudah memilih album-album Indonesia yang menjadi favorit kami.
Tahun 2022 juga mencatat keseimbangan yang baik antara musik rock dan musik pop Indonesia. Dari duo rock brilian, Scaller; indie rock ngebut sekaligus mendayu, Perunggu, dan kuartet punk rocker 70an, The Jansen. Dari kubu musik pop juga ada nama lama maupun baru seperti D’MASIV dan Danilla, juga Romantic Echoes dan pendatang baru, Dere yang mencuri perhatian.
Daftar album Indonesia terbaik 2022 ini juga menangkap album brilian lainnya seperti, album solo Pohon Tua yang elegan, album perdana/comeback 25 tahun yang super dari grup hip hop Blakumuh, dan proyek black metal one-man band, Pure Wrath yang impresif. Kesemuanya hadir melengkapi daftar album Indonesia 2022 terbaik pilihan Pophariini di tahun ini.
Kami juga melengkapi daftar album Indonesia terbaik 2022 terbaik dengan menyertakan album mini (EP) pilihan kami. Yang tentu telah dimuat di kolom review album kami. Yang menarik di daftar ini ada dua album mini dengan nafas R&B/Soul dan jazz yang kental dari dua instrumentalis. Selain nama-nama lama, ada juga kehadiran dua solois pendatang baru perempuan yang juga begitu menjanjikan.
Akhir kata, pujian kami haturkan untuk para musisi yang di tengah pandemi ini rela mengabiskan biaya tidak sedikit untuk tetap konsisten berkarya membuat album penuh maupun EP. Dan turut membantu Indonesia melalui pandemi ini dengan karyanya.
Selamat membaca!
– Anto Arief
Album Penuh (LP)
1. Noises & Clarity – Scaller
Tidak ada alasan mengapa kami tidak memasukkan album ini ke puncak dari deretan album terbaik 2022. Sejak Senses, album penuh kedua dari unit alternative rock yang digawangi duo vokalis/penyintesis Stella Gareth dan gitaris Reney Karamoy ini mengalami perkembangan yang fantastis, terutama dari paket song dan sound-crafting, meliputi demonstrasi bebunyian dan lirik yang dalam ketika diserapi dengan baik. Sejak dirilis September lalu, lalu menilik ke belakang, kami belum menemukan tandingan paket menarik antara produksi, tema dan sound yang dihasilkan seluas dan sedalam Noises & Clarity.
Lewat album keduanya, mereka seakan ingin menegaskan sekali lagi tentang ‘kebisingan’ dan ‘ketajaman’ sebagai bagian dari keindahan musik yang ingin mereka inginkan. Dua ini yang nyata diaplikasikan dalam setiap inci di dalam delapan track album ini.
Secara keseluruhan, dibandingkan dengan Senses, album Noises & Clarity jelas terdengar lebih ‘bright’ secara produksi sound yang dihasilkan. Angkat tangan buat proses mixing dan mastering yang canggih dan berhasil menurut saya. Kita bisa mendengar detail setiap tarikan nafas keresahan Stella juga setiap jengkal tarikan gitar Reney, baik akustik maupun elektrik, overdrive, fuzz, apapun itu pedal yang dipakai, semua tajam sesuai dengan proporsi frekuensi yang masih relatif aman dalam setiap track yang ada. (Wahyu Acum)
Baca selengkapnya di sini.
2. TIME – D’MASIV
Butuh keberanian buat D’MASIV melakukan gaya bebas musiknya di TIME, baik dari musik maupun sampul albumnya. Fakta bahwa mereka akan dihujat oleh fans mereka itu adalah harga yang harus dibayar dari sebuah eksperimen dan eksplorasi. Ingat, akan selalu ada dua sisi mata uang. Mereka harus bisa menerima kenyataan bahwa akan ada pertentangan bagi fans berat D’MASIV yang mengiringi pertumbuhan mereka dari tahun ke tahun. Meski demikian, sisi lainnya yang menarik dari sebuah album eksplorasi adalah para pendengar baru akan berdatangan dengan TIME sebagai tiket masuknya. Alasan inilah yang menjadikan D’MASIV layak untuk ditempatkan ke posisi runner up Album Terbaik kami di tahun ini.
Dampak pandemi menurut saya menuntut banyak musisi untuk melakukan gaya bebas, karena terkonsep atau tidak, toh mereka tidak mengatur ekspetasi yang terlalu tinggi untuk sebuah album yang rilis di masa pandemi dimana mereka tak bisa berharap kepada angka penjualan yang tinggi. Kalau sudah begini, keputusan untuk eksplorasi gila-gilaan malah menjadi opsi menarik. (Wahyu Acum)
Baca selengkapnya di sini.
3. Memorandum – Perunggu
Kami harus melihat kenyataan bahwa secara defacto, tahun ini adalah tahunnya Perunggu dan thanks untuk Memorandum, album debut yang menjadikan mereka punya taji dari awal kemunculannya. Jika kalian tidak percaya kami, maka sebelas nomor dari Memorandum punya alasannya tersendiri mengapa mereka harus disimak hingga usai. Sebelas nomor yang saling berpadu-padan dengan harmonis, sebelas nomor yang solid, sebelas nomor yang merangkum ragam cerita dari fase usia paruh baya, sebelas nomor koridor rock yang tidak usang, digubah dengan megah layaknya nomor-nomor dari nama-nama mainstream di era 2000-an, yang bahkan jika kalian tidak pernah mendengar nama Perunggu sebelumnya, ada kemungkinan bahwa kalian akan menerka bahwa Memorandum merupakan album yang lahir di era tersebut. (Raka Dewangkara)
Baca selengkapnya di sini.
4. Legam – Pohon Tua
Sejauh ini, kami tidak menemukan sosok seperti Dadang Pranoto, seorang musisi asal Bali yang kini berada dalam dua tiga entitas (Navicula, Dialog Dini Hari, Pohon Tua) karena kehausannya mencari bentuk-bentuk lain dalam musik yang belum pernah ia temu dan rasakan. Sejatinya musisi ya begitu. Bedanya, Dadang benar-benar menyelami semua entitasnya. Di entitasnya hari ini, Dadang butuh perenungan-perenungan yang dalam bagaimana ia sebagai Pohon Tua punya ‘ruang’ yang berbeda dari yang lainnya. Kubu Carik menjadi hasil perenungan awal yang meskipun secara ekspresi musik bagus, namun bisa jadi ia merasa kurang puas karena irisan musik dengan Dialog Dini Hari masih terlalu tebal. Di LEGAM, saya merasa Dadang mulai menemukan dirinya secara utuh lewat rel musik yang telah ia bangun dan akan dipergunakannya untuk berjalan ke depan. (Wahyu Acum)
Baca selengkapnya di sini.
5. Banal Semakin Binal – The Jansen
Dari segi musik, kuartet punk rock asal Bogor yang jadi perbincangan hangat di skena musik Indonesia ini masih mempertahankan karakter sound yang ‘raw’ namun terdengar lebih matang dari segala sisi dibandingkan dengan dua album sebelumnya. Dengan porsi yang pas, mereka membagi dua belas nomor tersebut dengan mid-tempo hingga high-tempo. Tidak melulu ngebut, masih ada ruang bagi Tata (sang vokalis) dan para penonton untuk mengambil nafas di sela-sela sing-a-long yang massal. Sebagai kesimpulan, Banal Semakin Binal patut untuk diperhitungkan sebagai rilisan penting di tahun ini. The Jansen masih bersenang-senang di album ketiganya, kini dengan cara paling modern tanpa meninggalkan karakter ‘lawas’ yang sudah mereka bentuk sejak sekian tahun silam. (Raka Dewangkara)
Baca selengkapnya di sini.
6. Rubik – Dere
Theresia Margaretha Gultom, alias Dere, kini 20 tahun, merilis album debutnya, Rubik di bawah label Tiga Dua Satu dan TulusCompany. Di bawah bayang-bayang Tulus ternyata album perdananya ini berhasil menjadi ruang berekspresi Dere sepenuhnya. Kita bisa menyelami betapa “berisiknya” isi kepala Dere melalui album ini. Berbagai isu soal manusia, bumi, hingga media sosial, menjadi inspirasinya dan berhasil tersaji menarik. Rubik juga tidak melupakan kalau dirinya masih remaja melalui lagu “Jangan Pergi”, “Berlagu” dan “Tumbangku” yang sesederhana menyoal perasaan terhadap pasangan. Semua dihadirkan dalam album ini dalam balutan musik dan lirik yang menarik dengan tarikan khas vokalnya yang unik. (Anto Arief)
Baca selengkapnya di sini.
7. Paradisa – Romantic Echoes
Alfredo dengan moniker Romantic Echoes adalah proyek solo vokalis trio, Pijar. Ia merilis album penuh kedua ini melengkapi katalognya yang terdiri dari Persembahan Dari Masa Lalu (2020) dan EP Gaung Romantis (2021). Paradisa pada dasarnya adalah album musik pop. Tapi penuh detail-detail cantik yang menggugah. Kudos untuk J. Alfredo yang juga sekaligus menjadi produser penuh. Bila itu tidak cukup, penulisan lirik dan liukan vokalnya juga terasa begitu berkembang. Pengaruh vokal Chrisye dan David Bayu (eks Naif) terasa kuat. Secara personal, ini adalah album favorit saya di 2022. (Anto Arief)
Baca selengkapnya di sini.
8. Pop Seblay – Danilla
Album ketiga Danilla ini menjadi jawaban atas manis, polosnya Telisik (2014), dan kemuraman bertubi-tubi di Lintasan Waktu (2017), dan EP, Fingers (2019). Dengan perpaduan lirik puitis Telisik dan Lintasan Waktu yang kontemplatif, Danilla menambahkan unsur canda yang sembarangan. Namun semua itu bukan hal yang buruk, justru sebaliknya. Karena Danilla terlihat nyaman bercanda dengan musik yang nyaman. Juga terlihat percaya diri dan tidak tanggung-tanggung. Resikonya, yang tidak paham konteks bercandanya akan kurang nyaman, dan meninggalkan album ini. Namun bila bicara perkembangan musikalitas seorang seniman, Danilla jelas jadi pemenangnya. (Anto Arief)
Baca selengkapnya di sini.
9. Dekaden Lintas Dekade – Blakumuh
Butuh 25 tahun untuk merilis album perdana penuh yang gemilang. Dan jadi bukti kalau ada abang-abangan di skena hip-hop lokal, yang semakin tua bukannya makin tumpul, tapi malah makin tajam. Grup yang dibentuk pada 1993, ini merilis single “Kaum Kumuh” dalam album kompilasi Pesta Rap 1 (Musica Studio’s, 1995) dan “S.O.S” dalam Pesta Rap 3 (Musica Studio’s, 1997). Jeda waktu yang lama (25 tahun) setelah rilisan single terakhirnya, membuat progres Blakumuh sangat terasa di album debutnya ini. Mulai dari penulisan lirik tema sosial yang semakin kaya referensi, penggunaan diksi yang cerdas, serta cara merepet (nge-rap) yang kian kompleks. Secara keseluruhan, Dekaden Lintas Dekade adalah comeback yang gemilang dari Blakumuh. (Ahmad Taufiqqurakhman)
Baca selengkapnya di sini.
10. Hymn to the Woeful Hearts – Pure Wrath
Hymn to the Woeful Hearts adalah album ketiga dari proyek one man band Januaryo Hardy bernama Pure Wrath yang dirilis pada awal tahun 2022. Album ini menawarkan sensasi lain dari black metal, tidak selalu menimbulkan kengerian, namun juga bisa memberikan emosi melankolis mendalam lewat jeritan-jeritan kesengsaraannya. Senang rasanya menemukan Hymn to the Woeful Hearts di antara rilisan metal yang mulai membosankan dengan hanya sekadar menawarkan skill. Secara konsep, produksi, dan kualitas sound, sudah seharusnya Hymn to the Woeful Hearts menjadi standar baru rilisan metal ke depannya. (Gerald Manuel)
Baca selengkapnya di sini.
Album Mini (EP)
1. Semoga Sembuh – Idgitaf
Dari banyaknya nama-nama solois wanita yang kehadirannya terasa berbarengan dalam rentang waktu yang sama, nama Idgitaf harusnya menjadi satu nama yang langkahnya mesti diantisipasi ke depannya. Hanya butuh waktu kurang dari setengah jam untuk menyimak keseluruhan mini album ini. Namun dalam durasi tersebut, Idgitaf bisa menyampaikan ragam cerita yang benang merahnya adalah sebuah tahapan penyembuhan luka untuk bangkit dari kesedihan. Bintang utama dari mini album ini adalah lagu ketiga, “Takut”. Sebuah lagu dengan iringan strings section yang megah, ditemani dentingan piano yang konsisten membawa mood sang lagu naik turun selama lima menit lebih. Kembali, lirik-lirik reflektif dirangkai oleh Idgitaf dengan sempurna. Sejak awal, langsung ada lontaran pertanyaan super seram yang jika pendengarnya baru masuk ke rentang umur kepala dua, akan menjadi bait lirik yang hit hard dan selaras dengan judulnya, ‘menakutkan’. (Raka Dewangkara)
Baca selengkapnya di sini.
2. my Mystery – Isyana Sarasvati
Setelah bermanuver sehingga sulit disamai oleh musisi Indonesia saat ini dengan merilis LEXICON, Isyana kembali dengan album mini metal progresif, my Mystery. Yang ternyata masih memuat banyak kontemplasi, pergulatan lain dalam benaknya. Kabar baiknya di album mini ini Isyana masih mampu meluapkan kesemua hal itu dengan megah, cadas, rumit tapi tetap dengan tidak meninggalkan unsur catchy yang menjadi kekuatannya. EP yang penuh kode ini membuat kami menantikan cerita terbaru dari dirinya di album penuh berikutnya. (Anto Arief)
Baca selengkapnya di sini.
3. Laughter Master – Rafi Muhammad
Satu yang saya catat yang menjadikan EP ini stand out tentu selain dari kecerdasan Rafi, baik sebagai drummer juga produser rekaman ini, yaitu kenyataan bahwa rekaman ini tidak lepas dari musisi-musisi yang ada dalam prosesnya, orang-orang di yang tak hanya bertugas menjadi teman ping-pong dalam sesi rekaman, menjadi teman diskusi yang baik dalam aransemen dan lainnya. Nama-nama seperti Nikita Dompas (gitar), Kevin Suwandhi (synth bass, keyboard) dan Kuba Skowroński (saksofon) yang bukan nama-nama asing dalam skena musik tanah air hari ini. (Wahyu Acum)
Baca selengkapnya di sini.
4. Colo Colo 2 – Jordy Waelauruw
Pemain trumpet/produser berdarah Maluku Jordy Waelauruw yang telah merilis album penuh Stand Still, di 2017 ini merilis dua EP sekaligus di 2022. Menarik bagaimana menyimak lingkup musik Jordy Waelauruw yang lebih lebar ini tersaji lengkap dalam sekuel Colo Colo 2. Melengkapi Colo Colo 1 yang instrumental dan lebih bernuansa chill. Bicara gelombang musisi muda yang keranjingan dan konsisten menyelipkan unsur-unsur R&B/Soul dan jazz kontemporer dengan unsur-unsur musik urban seperti Kenny Gabriel dkk, jelas posisi Jordy sangat patut diperhitungkan. (Anto Arief)
Baca selengkapnya di sini.
5. SAMARA – Syarikat Idola Remaja
Di pertengahan bulan April lalu, Syarikat Idola Remaja resmi memperdengarkan SAMARA kepada khalayak luas, sebuah mini album berisikan enam nomor yang membawa tema utama mengenai sejarah rempah nusantara. Dari enam nomor, ada dua yang menjadi favorit saya. Yang pertama adalah “Genderang Perang” yang sejak awal musik bergulir, pendengarnya langsung diterjang dengan distosi gitar listrik dan lolongan vokal yang menukik tinggi, bagian reff yang membawa harmonisasi vokal ke tingkatan selanjutnya seperti sebuah choir, spoken words, juga sedikit solo gitar meliuk-liuk yang turut hadir di beberapa bagian. Sebuah nomor dengan tempo paling enerjik dibanding nomor-nomor lainnya. Jaminan energi yang meluap ketika menyaksikan mereka tampil di atas panggung. (Raka Dewangkara)
Baca selengkapnya di sini.
6. Jalan Sendiri – Oscar Lolang
Oscar Lolang memutuskan untuk membawa pendengarnya kembali ke awal perkenalan (dan kemunculannya?) lewa mini album terbarunya ini, yakni musik folk yang minimalis, mengandalkan kekuatan vokal dan untaian lirik sederhana, kemampuannya untuk bercerita yang lugas penuh keintiman, serta iringan gitar akustik sebagai teman akrabnya, yang keseluruhannya mempunyai satu sisi yang terdengar rapuh, namun satu sisi juga mempunyai magisnya tersendiri, yang pada kesempatan kali ini, magis dari Jalan Sendiri turun dengan kata yang sudah disebutkan beberapa kali, ‘nostalgia’. (Raka Dewangkara)
Baca selengkapnya di sini.
7. Tired – Gavendri
Gavendri, penyanyi reguler di cafe dan juga backing vocal untuk beberapa penyanyi di Indonesia merilis EP perdananya 2022 ini. Dan sejauh ini album mini ini adalah kolaborasi paling seru di tahun ini antara penyanyi dengan produser. Dan buat saya, ini album lokal paling groovy dan soulful di paruh tahun 2022 ini. Dan Rhesa Adityarama dari Endah ‘N Rhesa sebagai produser bertanggungjawab dalam membuat album mini berisi lima lagu ini terasa maksimal. Dengan karakter R&B yang kuat, dibalut dalam musik groovy dan musik gospel yang raw dan vintage. Dan Rhesa di sini selain sebagai produser, selain bermain bass, juga memainkan sebagian besar instrumen musik dalam album ini. (Anto Arief)
Baca selengkapnya di sini.
8. Pesona Lidah Kulon – TamaT
Saya mungkin terlalu tua untuk ini, tapi tidak juga. Saya tetap bisa menikmati “Hordes Of Cow (ard) Accross Wiyung Street” yang di satu sisi punya variasi aransemen ketukan dengan menon-aktifkan kepekakan distorsi. Meski jujur, itu adalah satu-satunya komposisi yang saya bisa nikmati karena “Untold Beauty Story Of West Tongue Majesty” hanya membuat saya senyum-senyum sendiri mendengar intronya. Sensasi serupa terjadi ketika saya pertama kali mendengarkan karya-karya agresif dari Bvrtan namun dengan pendekatan judul dan lirik yang kurang lebih punya pola dan benang merah lelucon yang sama dengan apa yang dilakukan TamaT. (Wahyu Acum)
Baca selengkapnya di sini.
9. Morbid Extinction – Masakre
Masakre, supergroup yang personelnya terdiri dari beberapa nama lama di skena musik ekstrim merilis EP ini di bawah naungan label asal Singapura, Pulverised Records. Intensitas musik Masakre bisa dibilang cukup tinggi, sehingga durasi pendek untuk lagu-lagunya adalah cara yang tepat dalam mempresentasikan gaya musik straight forward dan sama sekali tanpa basa-basi ini. Namun, dengan total durasi 11 menit 17 detik, Morbid Extinction memiliki durasi paling panjang dibanding rilisan-rilisan pendahulunya. (Gerald Manuel)
Baca selengkapnya di sini.
10. When You Come Around – Sleep Shelter
Sleep Shelter dibentuk dari dua entitas, Pandji Dharma produser sekaligus frontman band shoegaze Sirati Dharma serta Fathia Izzati, vokalis unit indie rock/pop Reality Club. Bahkan, tanpa tahu siapa mereka sebelumnya atau dengan mata tertutup, mendengarkan Sleep Shelter tidak terdengar sebuah karya dari band Indonesia terutama dari sound dan ekspresi musik yang dihasilkan. Saya menerka ini adalah band dari Eropa atau Kanada. Ada nuansa ‘dingin’ dan ‘mengawang’ dalam karyanya. Saya mendengar ada banyak referensi di sana yang mungkin berasal dari tumpukan koleksi rekaman seperti Cocteau Twins, Frou Frou sampai Caribou bahkan Beach House, sebuah irisan yang baik. (Wahyu Acum)
Baca selengkapnya di sini.
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- KALEIDOSPOP 2024
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
5 Lagu Rock Indonesia Pilihan Coldiac
Coldiac menyelesaikan rangkaian tur The Garden Session hari Kamis, 12 Desember 2024 di Lucy in the Sky SCBD, Jakarta Selatan. Tur ini secara keseluruhan singgah di 7 kota termasuk Balikpapan, Samarinda, Medan, Solo, Bandung, …
CARAKA Suarakan Berbagai Emosi di Album Terbaru NALURI
Unit pop asal Tegal, CARAKA resmi luncurkan album bertajuk NALURI (15/12). Melalui sesi wawancara yang berlangsung pada Senin (16/12), CARAKA membagikan perjalanan band dan hal yang melatarbelakangi rilisan terbarunya. CARAKA merupakan band …
Banal Semakin Binal – The Jansen memang terbaik!