Feast, Para Pembawa Pesan

Oct 15, 2018

Gue enggak yakin semua orang bakal ketawa. Pasti ada kayak, “Ini apaan, sih?” Terutama kayak pendengar Feast sekarang yang muda-muda, mungkin mereka bahkan enggak tahu Sir Dandy itu siapa, Teenage Death Star itu siapa. Cuma gue enggak peduli itu, gue lebih melihat ini kesenangan kami pribadi. Kami berlima ngefans banget ama dia. Dia orang yang bikin gue pertama kali kenal sama Hogi: “Oh, lu DJ Hogi yang ada di lagunya Acong!” [Tertawa] Selegendaris itu buat gue, Lesson #1 albumnya dia! Jadi oke banget. Akhirnya gue taruh depan.

“Kami Belum Tentu” yang terinspirasi obrolan dengan tukang sate.
Iya. Enggak cuma dari dia doang sebenarnya, cuma salah satu kalimat yang kuat banget dan mencantol buat gue pas menulis itu, ya kalimat itu. Gue omong Prabowo sama dia. Menurut dia pribadi, kalau orang segede Prabowo kasusnya mencuat banyak banget dan orang-orang tetap enggak percaya, dia bilang mungkin itu cuma tutup mata. Dia bilang, “Saya yakin sebenarnya orang-orang pada tahu, atau mungkin percaya enggak percaya. Cuma, mungkin dengan keadaan hidup mereka sekarang dan janji yang diberikan, itu kayak opsi terbaik buat gue pilih dia.”

Menurut gue, itu kuat banget yang dia omong. Kayak, seberapa rapuhnya nurani lu sampai lu rela pilih orang kayak itu? Pilih orang yang kasusnya sudah separah itu, untuk dijadikan pemimpin? Kayak lu harus membohongi diri lu sebesar apa, sampai lu bisa coblos muka dia dan mendukung dia sepenuh hati? Cuma, tukang sate itu bilang, “Saya saja enggak ketipu!”

Feast di Synchronize Fest 2018 / dok. Pohan.

Di momen itu gue pikir, selama ini gue punya prasangka orang-orang yang pilih dia – atau mungkin kalau konteksnya dilepas dari figurnya – orang-orang yang pilih siapa pun ini benar-benar enggak tahu kasusnya. Mungkin enggak, sih. Mungkin tahu-tahu saja, sebenarnya. Cuma, enggak keberatan dengan itu. Dari situ kan muncul, entah pertanyaan atau pernyataan, “Berarti orang-orang ini sebenarnya enggak lupa dong, kasusnya apa.” Itu pertanyaan besar dalam lagunya. Jadi sebenarnya siapa yang dikelabui? Apakah orang yang dipilih itu merasa berhasil, kayak, “Gue cuci tangan dan orang-orang memilih gue”? Atau orang-orang yang pilih dia sebenarnya tahu? Atau sebaliknya?

Dan pada akhirnya, pertanyaannya jadi merembet: Yang angkatan gue, yang generasi lahir ’93 ke bawah, peduli enggak sih ama itu? Dan kenapa kami melakukan hal-hal yang kami lakukan sekarang? Pada akhirnya ada alasannya, sih. Maksud gue, misalnya nomine (beasiswa) LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan) menganggap negara lu patut diperjuangkan, pasti balik kok orangnya. Cuma, kenapa sekarang kasusnya…gue belum baca data buat omong ini, cuma, yang gue dengar kenapa banyak banget (penerima beasiswa yang tidak pulang ke Indonesia), sampai panitianya keteteran kayak, “Gue enggak mau kasih orang-orang seperti ini kuliah ke jurusan ini karena pada enggak balik.” Atau kenapa kuotanya dikecilkan, gara-gara banyak banget yang enggak balik. Banyak yang uangnya dipakai buat apa.

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Penulis
Hasief Ardiasyah
Hasief Ardiasyah mungkin lebih dikenal sebagai salah satu Associate Editor di Rolling Stone Indonesia, di mana beliau bekerja sejak majalah itu berdiri pada awal 2005 hingga penutupannya di 31 Desember 2017. Sebenarnya beliau sudah pensiun dari dunia media musik, namun kalau masih ada yang menganggap tulisannya layak dibaca dan dibayar (terutama dibayar), kenapa tidak?

Eksplor konten lain Pophariini

Juicy Luicy – Nonfiksi

Lewat Nonfiksi, Juicy Luicy semakin mengukuhkan diri sebagai band pengusung lagu patah hati dengan formula pop R&B yang jitu dan ultra-catchy. Pertanyaannya: sampai kapan mereka akan menjual kisah patah hati kasihan dan rasa inferioritas …

Selat Malaka Resmi Mengeluarkan Album Penuh Perdana

Band asal Medan bernama Selat Malaka resmi mengeluarkan album penuh perdana self-titled hari Jumat (22/11). Sebelumnya, mereka sudah mengantongi satu single “Angin Melambai” yang beredar tahun lalu.     View this post on Instagram …